Catatan Mas Prim!

Pengalaman Menjadi Ustaz Pendamping

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hai, teman-teman, sudah lama saya tidak posting di blog tercinta ini. Maklum, terlalu asyik dengan dunia offline dan baru mengikuti kegiatan lain sehingga blog tidak terurus sama sekali.
Saya mau cerita seddikit tentang pengalaman menjadi ustaz pendamping salah satu TPA/TPQ di masjid yang ada di Kotagede. Seperti apa, sih, ceritanya? Mohon dibaca sampai klar, OK?

Daftar isi:

Kronologi Masuk di TPA/TPQ
Perjalanan sebagai ustaz pendamping
Penutup

Kronologi Masuk di TPA/TPQ

Sabtu, 25 Januari 2014 jam 12.00 siang, di rumah kedatangan tamu seorang guru sekaligus mentor juru kisah islami yang dahulunya disebut dongeng islami.
Saat itu, saya masih di sekolah, dan belum waktunya pulang. Si tamu silaturahim ke rumah yang pertama ingin bertemu dengan saya, dan yang kedua mengajak bergabung di TKA/TPA di salah satu masjid. Ibu saya yang menyambut si tamu tersebut menjawab bahwa nanti sehabis pulang sekolah akan disampaikan kepada saya.

Di hari Ahad, 26 Januari 2014, ibu saya bercerita bahwa Sabtu lalu ada tamu pak ustadz yang dahulu melatih saya berkisah/dongeng islami. Maksud kedatangan beliau, yaitu mengajak bergabung di salah satu TKA/TPA di masjid dekat dengan Samalo. Pikiran saya mulai risau, karena di semester II kelas 12, saya harus benar-benar fokus dengan ujian, ujian, dan ujian. Yang kedua, apakah saya mampu mengajar dalam kondisi keterbatasan dalam penglihatan?

Ibu saya tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada saya, ibarat air hujan yang membasahi tanaman yang kering kerontang. Isi motivasi dari sang ibu sebagai berikut:

Prim, jadikan kegiatanmu ini sebagai latihan bekerja, sekaligus latihan berdakwah. Siapa tahu Allah memberikan rizki-Nya lewat jalan itu, semoga menjadi ladang amal soleh kamu, Prim.

Sehabis mendengarkan motivasi dari sang ibu, saya mulai tergerak bergabung di masjid tempat saya jadi santri 5 Februari 2004 silam. Senin, 27 Januari 2014 saya mulai masuk, walau belum terdaftar secara administrasi. Selama 3-4 bulan, saya masuk masa training, walau bertabrakan dengan masa-masa ujian akhir sekolah yang tak bisa ditinggalkan. Di masa training inilah, saya berkenalan dengan teman sesama ustadz dan ustadzah, santriwan dan santriwati, beserta para wali santri yang semuanya awas. Di TKA/TPA dekatt Samalo itu, ustadz yang difabel hanya satu.

Perjalanan sebagai ustaz pendamping

Senin, tanggal 28 April 2014, alhamdulillah, saya bisa masuk penuh 5 hari, Senin sampai Jumat. Sebenarnya, jadwal KBM dari Senin hingga Jumat sejak tahun 2006, habis gempa yang sebelumnya dari Hari Ahad sampai Kamis. Pertama, di Hari Ahad banyak dari santri dan wali santri sendiri habis berlibur alias healing kata arek-arek jaman now. hehehehehehehehe.

Selama beberapa tahun, saya mulai beradaptasi dengan adik-adik santri di kelas, awalnya di Kelas TKAL/TPAL. Bersama salah satu ustazah yang menjabat sebagai wali kelas saat itu, saya belajar classical di depan adik-adik usai mengaji ***Iqro'***, dan Al-qur'an. Selain classical, sering memimpin doa sebelum KBM dan setelah KBM, dan memeriksa hafalan mereka sesuai dengan materi hafalan yang disampaikan oleh wali kelas.

Roling kelas untuk ustazz dan ustazah menjadi pengalaman yang tidak saya lupakan. Tahun 2015, semula dari kelas TKAL/TPAL, diroling ke kelas TQA selama 2 tahun. Tahun 2017-2019, saya di kelas TTQ (kelas khusus tahfidz Juz Amma), lagi-lagi hanya 2 tahun! Hmm, ... terus, diroling ke mana lagi? Diroling ke kelas TPA sejak tahun 2019-2022, walau selama 3 tahun berselang, dihantam Virus Corona yang kejam.

Di tahun 2022 inilah, saya comeback di Kelas TQA yang saat itu digabung dengan kelas TTQ. Selama 2 tahun hingga tahun 2024, saya istikomah di Kelas TQA. Di 2 tahun itu juga, proses pemulihan jam KBM yang sebelumnya diselenggarakan selama 3 hari dalam sepekan karena pandemi dengan sistem 2 grup. Tahap selanjutnya, sistem 2 grup yang masing-masing 3 hari, dijadikan satu, dan harinya ditambah menjadi 4 hari. Bagaimana dengan Kelas TTQ? Karena tidak ada sumber daya manusia yang cukup, yaitu ustaz yang mengampu, maka Kelas TTQ ditiadakan mulai tahun 2023.

Selama 1 dekade saya menjadi ustaz pendamping di kelas, ujian dari waktu ke waktu pasti ada, salah satunya, jadwal khusus untuk saya sendiri yang sebelumnya 5 hari, dikurangi 3 hari menjadi 2 hari sejak awal tahun 2023. Perdebatan tidak terhindarkan. Seluruh ustaz dan ustazah masing-masing mengemukakan pendapatnya. Ada yang tidak terima jadwal saya dikurangi 3 hari, ada yang setujuh, dan ada yang tidak berkomentar. Sedih? Iya. Sakit hati? Iya juga. Selama tahun 2023 sampai saat ini, jadwal KBM yang saya ikuti hanya Hari Senin dan Hari Jumat, berbeda denggan teman-teman asatiz awas yang jadwal KBM 5 hari. Saya berperasangka baik, justru 5 hari menjadi 2 hari, bagi saya pribadi menjadi hari yang ideal untuk mengaji di TPA/TPQ secara umum. Rata-rata, TPA/TPQ, jadwal KBM tidak lebih dari 2 sampai 3 hari.
Terlepas dari pendapat pribadi, ada alasan yang sebenarnya belum bisa diterima, terlebih ibu saya merasa sedih campur marah mendengar kabar itu. Nasi sudah menjadi bubur, keputusan itu ditetapkan di akhir Desember tahun 2022,.

Selama setahun, saya bersyukur sekali. Awal tahun 2023 jadi awal tahun yang menantang. Alasannya, tantangan dalam diri saya terkait dengan kemandirian. Termasuk tantangan KBM yang dahulu 5 hari menjadi 2 hari menjadi tantangan tersendiri. Penyesuaian jadwal kelas, dan mengenal nama dan suara para santri, tidak seintens dulu. Saya berusaha ekstra mengenal mereka di kedua hari itu. Terus, interaksi dengan teman-teman sesama asatiz, apakah berkurang? Alhamdulillah, dalam hal interaksi bersama teman-teman tidak berkurang, alias tetap seperti biasa. Tak hanya itu, kehidupan saya diuji dengan keadaan ambyar, yaitu masalah pribadi dengan salah seorang perempuan difabel netra low vision di Bulan Juni yang bikin ambyar.

Tetapi, di tahun yang sama, ada keberkahan tersendiri yang mengalir. Mulai Bulan Maret 2023, diajak mengikuti acara yang berkaitan dengan difabel, termasuk inisiasi dibentuknya wadah komunitas difabel di bawah naungan salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia. Bulan April, menjadi mu'adzin di masjid dekat sekolah. Berikutnya, jadi tamu dalam acaranya forum kecamatan (kemantren) inklusi di Mergangsan, Bulan Juli 2023. Termasuk di Bulan Agustus, mengulang kembali tampil menyanyi di acara Malam Pitulasan di kampung, sekaligus merayakan setahun jadi MC kajian keagamaan khusus pemuda dan pemudi di organisasi otonom. Sampai tampil nyanyi di acara Jemuwah Legen di akhir September, dan ditutup dengan mengemban amanah komunitas difabel yang saya sebutkan tadi.

Di balik kesulitan, ada kemudahan.

Inspirasi dari QS. Al Insyirah ayat 5 dan 6 menjadi booster saat situasi dalam kehidupan saya sedang ambyar.

Penutup

Itulah cerita saya pengalaman saya di dunia TKA/TPA di salah satu masjid di Kotagede sebagai ustaz pendamping yang notabene ustaz difabel. Sebagai penutup, mohon maaf bila dalam tulisan saya ini terdapat kekurangan yang membuat tidak berkenan di hati teman-teman semua.
Insya Allah, lain waktu, ngeblog lagi dengan tulisan-tulisan yang berbeda.
Tak lupa saya mengingatkan, silahkan komen, dan sebar di media sosial teman-teman, jangan lupa setel Mas Prima Jogja Podcast, tersedia di Spotify, Noice, dan YouTube.
Kepo medsos saya? Cari aja dengan kata kunci masprimkotagede.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

View original

#pengalaman #tunanetra